Matahari muncul
dari ufuk timur. Tenggelam menuju arah barat. Siang terlihar sinar matahari
yang seakan membakar dan dikala malam, sinar rembulanlah yang menemani. Semua
terjadi menurut aturan yang telah ditetapkan. Tak berganti dan tak berubah.
Setiap hari seperti itulah pemandangan yang melenakan mata. Apakah hidup
seperti itu???
“Door!!!” tiba-tiba
suara mengganggu dan membuyarkan segala lamunan.
“Apaan sih
han??? Ganggu aja”. Kata difa dengan memasang muka masam.
“Tumben gag
belajar. Biasanya tiap malam kerjaannya hanya bermain, berbicara dan kencan
sama om buku. Hahaha” ledek hani yang semakin menjengkelkan
“Sudah. Jangan
ganggu aku. Aku juga butuh reflesing. Sana-sana, kamu belajar. Sayang waktu
terbuang sia-sia jika tidak belajar” Sahut difa yang berusaha sabar menanggapi
ledekan hani.
Hani yang terus berusaha menggoda difa tak pernah membuat difa
marah. Dia berusaha tenang dan tak peduli dengan hal-hal yang tidak penting
seperti itu. difa hanya senyum mendengarkan ocehan temannya yang menurutnya dianggap
sebagai lawakan. Melihat tanggapan difa yang hanya senyum, hani memilih pergi.
Memang difa tipe cewek yang tidak banyak bicara dan lebih sering senyum.
Waktu sudah menunjuukkan pukul 20.00. difa masih terlihat rermenung
dan melamun. Ia terus menatap sinar rembulan
yang menyilaukan mata. “huhh rembulannya indah”. Gumannya. Ada sebuah tanda
tanya yang meyelimuti fikirannya. Karena itulah malam itu ia memilih
menyia-nyiakan waktunya tanpa bermesraan dengan buku-buku kesayangannya.
“Ya Allah, aku sebenarnya sudah bosan. Kegiatanku hanya itu-itu
saja. Kuliah, perpus, diskusi, belajar... kayaknya tidak bermanfaat sekali aku
ini Ya Allah. Ya Allah, aku ingin punya masalah. Sehingga aku punya tantangan
hidup”. Fikiran bodohnya mulai menggelayut dalam fikirannya. Kata-kata itu
mengalir begitu saja dalam fikirannya.
“Astaghfirullah.
Apa yang aku fikirkan ini” kata difa sambil memukul jidatnya
“Seharusnya aku
bersyukur tidak diberi masalah. Padahal orang yang punya masalah ingin sekali
segera selesai masalahnya. Lha aku malah gila minta Allah memberi masalah” Kata
difa dengan penuh keheranan pada dirinya sendiri.
Gadis cantik itu duduk dan termenung sendiri di depan kamarnya.
Tingkahnya yang aneh mengundang kegelian bagi temannya yang tanpa di sadari
difa, sejak tadi memperhatikan tingkah lakunya dari dalam kamar.
“Eh ngapain sih
tu difa. Kurang kerjaan banget” komentar nila
“Mungkin dia capek tiap hari main sama bukunya. Ya
jadi seperti itulah. Suka menyendiri. Sampek lupa ngejomblonya juga tu” timpal rere. Mereka tertawa dengan seenaknya.
Difa menjadi bahan ledekan mereka berdua.
“Ehh jangan
gitu. kamu juga jomblo kali” kata nila
“Yeee, jomblo gini banyak yang ngantri lagian teman cowok ku
banyak. Kamu gak tau sih si difa itu tidak ada yang deketin, temen cowoknya
dikit” komentar sadis dari rere.
Dan masih panjang sekali obrolan mereka. Ujung-ujungnya berdebat
masalah cowok. Itulah kerjaan teman-teman difa di kost. Hanya membicarakan
masalah cowok. Sebenarnya itulah yang tidak disukai difa ketika mengobrol
dengan mereka. Dan difa memutuskan untuk
asyik sendiri dengan buku-bukunya.
“Angin Malam
sudah mulai dingin huh, beerrrrrr,,,” kata difa sambil melirik jam di
handphonnya
“Masya allah,
sudah larut malam. Harus cepat tidur nihh” Difa segera beranjak dari tempat ia
duduk. “Kringgggg”, Belum sempat difa berbalik badan, hanphonnya berdering
tanda sms masuk
Fajar : Selamat
malam difa
“Heh, ngapain
sih sms malam2. Bales gag ya. Huh males juga” Gertak difa. Namun difa
menyempatkan membalas smsnya. Karena difa menghormati kakak tingkatnya itu. Dia
merupakan satu-satunya kakak tingkat yang ia kenal dan selama ini sudah sering
membantunya. Mereka cukup asyik mengobrol lewat sms. Dan lagi-lagi difa selalu
lupa dengan jam yang sudah menunjukkan malam semakin larut. Bukan karena suka,
tetapi si kakak tingkat ini selalu memberi infomasi dan ilmu-ilmu yang
bermanfaat. Difa selalu antusias bila diajak sharing masalah ilmu/pengetahuan.
Di akhir percakapan mereka membicarakan tentang tahajud.
Fajar : “Dif, kamu
selalu sholat tahajud nggak”
Difa : “Enggak. Jarang juga. Tapi banyak gag
sholatnya dari pada sholatnya” begitulah
jawaban difa yang berusaha selalu jujur. Dia tidak suka menutup-nutupi
kekurangannya. Dan tidak suka berbohong hanya agar terlihat sholehah.
Fajar : “Wahh,
kenapa loh dif. Manfaat sholat tahajud sangat luar biasa loh... sayang kalau di
lewatkan”
Kalimat itu
mulai ia fikirkan. “Bener ya. Ngapain hal penting seperti itu aku lupakan.”
pikirnya
Difa : “Aku gag
bisa bangun terlalu pagi”
Fajar : “Bukan
tidak bisa tapi belum bisa. Coba nanti malam di coba.”
Difa : “Emang
apa manfaatnya?” Tanya difa penuh penasaran
Fajar : “Kamu
lakukan selama 40 hari. Kalau kamu bisa nanti aku kasih tau kamu rahasia sholat
tahajud”.
Difa : “Kalau
semisal aku sudah dapat beberapa hari terus esoknya lupa. Menghitungnya gmana?
Apa tidak apa2 kalau ada bolongnya?”
Fajar : “Ya
jangan dif. Tidak boleh. 40 hari itu tidak boleh ada free nya. Semisal kamu
dapat 5 hari trus hari ke enam kamu lupa kamu harus menghitung mulai dari 1
lagi. Kecuali kalau wanita ada hambatannya, itu boleh diteruskan. Tidak usah dihitung
dari awal lagi”.
“Waduhhh, nih
cowok kok bahas wanita”. Difa mulai risih membahas masalah wanita dengan cowok.
Segera ia mengetik “oh iya aku paham. Nanti aku coba. Selamat malam.
Terimakasih ilmunya hari ini”. si cowok itu membalas “berarti kamu setuju ya
menerima tantangan ku. nanti setiap bangun kamu harus sms aku. Sebenarnya aku
juga belajar untuk bisa istiqomah tahajud.”
“Okkk”. Jawaban
difa. Entah kenapa difa saat itu bodoh. Iya menerima tantangan itu tanpa
berfikir panjang. Dhifa sama sekali tidak kepikiran untuk membuka google maupun
bukunya tentang manfaat sholat.
Sampai disitulah percakapa mereka berakhir malam itu. Baru
meletakkan kepala di bantal, difa langsung tertidur. Malam berlalu dengan cepat
dan waktu sudah menunjukkan pukul 03.00. Bunyi alarm tiba-tiba mengagetkan
difa. Ada rasa kesal namun segera ia bangun. Dengan masih mengucek-ngucek mata,
ia terus berjalan menuju kamar mandi. Segera ia membersihkan muka dan mengambil
air wudhu. “Wahh segar sekali airnya” Gumannya. Matanya benar-benar bisa melek.
Segera ia masuk ke kamar. Ia menata sajadahnya dan segera memakai mukena. Ia
dirikan 4 rakaat sholat tahajud. Ia berharap bisa istiqomah dengan 4 rekaat di
sepertiga malamnya. Ia tak lupa berdzikir di setiap akhir sholatnya. Seketika
itu ia mengingat pesan dari kakak tingkatnya untuk sms dia. Segera diraih
handphonnya di atas bantal. Dengan senyum ia mengetik “ assalamu’alaikum. Mari
dirikan sholat di sepertiga malam yang terakhir ini”. Balasan dari kakak
tingkat begitu cepat.
“Waalaikum sallam. Alhamdulillah. Difa sudah sholat tahajud.
Sekarang belajar untuk tidak tidur sampai pagi ya. Sayang kalau di buat tidur”.
Difa mengiyakan
saran dari kak tingkat iru karena difa sendiri juga tidak suka tidur lagi kalau
sudah terbangun. Percakapan mereka dalam sms terus berlanjut. Hingga mereka
berdua tidak tidur sampai pagi. Begitulah hari –hari yang dilalui difa.
Di waktu yang lain. Ia bangun terlambat. Adzan subuh sudah
mendahuluinya. Entah apa yang telah terjadi. Dengan sangat kagetnya difa
melihat jam di ponselnya. Tiba-tiba megalir kehangatan di pipi. “Ya allah, aku
menangis”. Rasanaya dia tidak rela melewatkan 1 malam saja tanpa sholat
tahajud. Tiba-tiba handphone berdering dan mengagetkannya.
“Lohh, difa kok
tidak sms. Baru bangun ya”. Begitulah isi sms itu.
“Iya. Aku
terlambat bangun” Balas difa dnegan masih mengucurnya air matanya
“Tidak apa-apa,
kan masih ada malam yang indah utuk esok hari”
“Tapi aku tidak
rela rasanya terlewatkan 1 malam. Aku saja menangis”
“Subhanallah.
Tambah lagi Cerita mengharukan tentang sholat tahajud”
“Tambah lagi? Memangnya cerita siapa lagi?” difa agak terkaget
dengan balasan itu. Namun sms itu tidak lagi mendapat balasan
Dhifa pun segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Segera ia membersihkan muka dan diambilnya air wudhu. Segera ia mendirikan 2
rakaat sholat shubuh. Dalam doanya dia berkata,
“Ya Allah terasa nyaman sekali hari-hari karana tahajud. kegiatan
yang sama dan terus berulang-ulang setiap hari tetap terasa indah dan tidak
membosankan. Aku bahagia kau izinkan aku tidak melewatkan sepertiga malamku.
Namun pagi ini aku aku melewatkan momen yang indah itu. Ya Allah jangan lagi
Engkau membuat ku melewatkan walau sekali saja. Amiin”.
Kehilangan satu malamnya dhifa mersa sakit hatinya. Ia berulang kali
menyalahkan dirinya yang tidak segera bangun ketika mendengar alarm, “Pokoknya
aku tidak boleh lalai lagi” tegurnya untuk dirinya sendiri.
Malam-malam
berikutnya ia berusaha terbangun di sepertiga malam. Ia menghitung mulai dari 1
lagi. Namun godaan semakin besar. Ia selalu mengantuk bahkan sulit membuka
kedua matanya dan kadang ia tertidur lagi setelah sholat subuh. Ia mencari cara
untuk menghilangkan kantuknya. Ia berinisiatif untuk mandi pagi-pagi sekali. Dan
alhamdulillah Ia berhasil mengalahkan kantuknya. Ia juga tidak lupa mengirim
sms untuk kakak tingkatnya. Namun beberapa hari si kakak tingkat itu tidak
memberi balasan. Dhifa mulai terganggu dengan keadaan itu. bukan khawatir
tantang si kakak tingkat. Ia malu. Dimanakah harga diri seorang wanita. Sms
lelaki dahulu dan tidak mendapat balasan sama sekali. Pikiran itu terlintas
begitu saja dalam benak dhifa. Dhifa memutuskan untuk tidak mengirim sms kepada
si kakak tingkat. Hari-hari berlalu dengan sangat indah. Tanpa si kakak tingkat
namun tetap istiqomah dengan 4 rakaat di sepertiga malam. Setiap dhifa meminta
terasa segera terkabulkan. Dan hari-hari difa terasa amat tenang dan nyaman.
Dan subhanallah, rasanya ada cinta yang muncul begitu besar terhadap Tuhan.
Rasanya ia ingin lam-lama berdzikir. Ia suka sekali tidak mempercepat bacaannya
ketika sholat, dan sungguh, Cinta ini luar biasa.