Musik
bukanlah suatu hal yang tabu bagi orang di seluruh dunia. Bahkan musik menjadi
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari (contohnya gue, mengerjakan tugas aja
musikan soalnya bikin suasana santai). Di islam memang ada simpang siur
mengenai “haramnya musik”. Namun dari seminar tanggal 28 september 2016 dengan
pemateri Habiburrahman El Shirazy (bangga banget gue ikutan seminarnya), beliau
mengatakan bahwa musik yang haram yaitu musik yang membuat manusia lupa kepada
sang Pencipta. Namun dari yang beliau sampaikan saya tak berani membenarkan
ataupun menyalahkan. Dari beberapa artikel ada yang mengharamkan, dosen saya
sendiri juga mengatakan ternyata musik haram maka beliau sedikit demi sedikit mengurangi
mendengarkan musik. Tapi saya sendiri setuju dengan yang disampaikan oleh Habiburrahman
El Shirazy. Selama masih wajar dalam mendengarkannya, insyaallah boleh-boleh
saja. Memang sih, lagu sekarang banyak yang aneh-aneh dari liriknya apalagi
lagu koplo (makanya gue tidak suka, mending korea gag ngerti artinya yang
penting musiknya enjoy) untuk itu lebih lah berhati-hati dalam memilih musik.
(gue heran deh kok menakutkan banget ya dunia ini, musik saja begitu rumit,
cari uang aja rumitnya minta ampun sampek dibantu marah-marah lagi. Semua aspek
kok rumit).
Genre
musik sangat beragam, seperti pengelompokan musik berdasarkan aliran atau gaya
yaitu musik seni (musik klasik), musik populer (jazz, gospel, bluess, rhythm
and blues, funk, rock, metal hardcore, electronic, ska, reggae, dub, hi
hop/rap/ rapcore, pop), musik tradisional (latin, country, dangdut). Semua
orang hampir menyukai musik namun genrenya berbeda-beda. Namun ada juga yang
suka tergantung populatitas, artinya bila sedang naik daun atau istilalahnya
booming itulah musik yang disukai. Kadang seseorang menyukai karena liriknya
gue banget maksudnya sesuai dengan perjalanan hidupanya (padahal
nyrempet-nyrempetin tu). Apalagi sedang patah hati, ya ampun ini lah titik
dimana orang sangat alay. Yang nglihat pasti berkomentar alay tapi yang
ngrasain bakalan bilang tak alay, tapi lagunya bikin nyesek (alay tu).... Yang
paling buat ilfil bila lagu dikait-kaitkan dengan masa lalu. Kalau pas tidak
sengaja di kafe, tempat makan, tempat tongkrongan atau dimanalah pas lagi
denger musik mendadak pengen nangis alasannya keinget masa lalu, inget mantan.
Jaman sekarang alay bener yahhh...
Banyak
negara yang mendirikan terapi-terapi musik karena musik dapat dijadikan metode
dalam penyembuhan, meningkatkan tingkat percaya diri, membangun semangat,
kecerian dan sebagainya. Pantas saja seseorang mendadak aneh setelah mendengar
musik misal sedang menyaksikan dangdut koplo, tiba-tiba berjoget-joget tak
karuan, atau disaat dilanda kesusahan mencoba menenangkan diri lewat musik yang
bertemakan semangat (yang sebelumnya cemberut jadi senyum dehh). Tapi kalau
yang sedang patah hati lucunya mendengarkan musik yang bertemakan patah hati
juga, ujung-ujungnya nangis terus.... tambah gegana (bahasanya anak gaul). Tak
jarang juga seseorang terlena dan serasa melayang ketika mendengarkan musik,
serasa diri ini dimanjakan oleh musik. Kadang ikut terhanyut oleh perasaan yang
dibawa musik. Musik serasa mengubah perasaan. Saat tidak berada dalam kondisi
yang sedih, seseorang dapat merasa dirinya sedang sedih, hatinya sakit hanya
karena mendengar musik. Akan lebih baik seseorang mendengarkan musik yang enjoy
dan meningkatkan semangat, karena perasaan kita terus merasa senang dan serasa
dunia berbunga-bunga (gue banget). Yang baca bisa jadi bilang “bener” soalnya
yang aku tulis berdasarkan yang saya lihat. Namun ada juga berdasarkan
pengalaman (kecuali yang tentang patah hati, bukan gue banget). #penulisankreatifPGMI